Makalah Psikologi Pendidikan
PSIKOLOGI
PENDIDIKAN
PEMOTIVASIAN
SISWA UNTUK BELAJAR
Disusun
oleh:
Puspita
Sari (1006101030038)
Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas
Syiah Kuala
Darussalam,
Banda Aceh
2012
KATA PENGANTAR
Segala puji dan
syukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan segala karunia-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan makalah ini.
Selawat dan salam tak lupa pula kita hadiahkan kepada Nabi besar Muhammad SAW,
yang telah mengubah kehidupan manusia dari alam yang penuh dengan kebodohan
menuju ke alam yang penuh dengan ilmu pengetahuan sebagai mana yang kita
rasakan sama-sama pada hari ini.
Ucapan terima
kasih saya sebesar-besarnya kepada dosen mata kuliah Kurikulum dan Pembelajaran,
yang telah mencurahkan tenaga dan pikiran dalam membimbing dan mengarahkan
penulis sehingga akhirnya dapat menyelesaikan makalah ini.
Mudah-mudahan
apa yang tertulis dalam makalah ini menjadi sebuah ilmu pengetahuan bagi kita
semua, terutama bagi penulis sendiri dan bagi penbaca dan pendengar makalah
ini. Penulis sangat menyadari bahwa makalah ini masih sangat jauh dari
kesempurnaan,dimana ada kesalahan atau keraguan kritik dan saran sangat kami
harapkan.
Banda Aceh, Maret 2012
Penulis
DAFTAR ISI
Kata Pengantar.............................................................................................................. i
Daftar Isi......................................................................................................................... ii
Bab.1 Pendahuluan....................................................................................................... 1
Bab.2 Pembahasan........................................................................................................
1. Perbedaan
KTSP dan KBK........................................................................... 4
2. Perbedaan
Esensi SK dan KD....................................................................... 8
Bab.3 Kesimpulan.......................................................................................................... 10
BAB. 1
PENDAHULUAN
Banyak
para ahli yang sudah mengemukakan pengertian motivasi dengan berbagai sudut
pandang mereka masing-masing, namun intinya sama, yakni sebagai suatu pendorong
yang mengubah energi dalam diri seseorang ke dalam bentuk aktivitas nyata untuk
mencapai tujuan tertentu.
Motivasi
adalah suatu perubahan energi di dalam pribadi seseorang yang ditandai dengan
timbulnya afektif (perasaan) dan reaksi untuk mencapai tujuan. Perubahan energi
dalam diri seseorang itu berbentuk suatu aktivitas nyata berupa kegiatan fisik.
Karena seseorang mempunyai tujuan tertentu dari aktivitasnya, maka seseorang
mempunyai motivasi yang kuat untuk mencapainya dengan segala upaya yang dapat
dia lakukan untuk mencapainya.
Dalam
proses belajar, motivasi sangat diperlukan, sebab seseorang yang tidak
mempunyai motivasi dalam belajar, tak akan mungkin melakukan aktivitas belajar.
Hal ini merupakan pertanda bahwa sesuatu yang akan dikerjakan itu tidak
menyentuh kebutuhannya. Segala sesuatu yang menarik minat orang lain belum
tentu menarik minat orang tertentu selama sesuatu itu tidak bersentuhan dengan
kebutuhannya.
Seseorang
yang melakukan aktivitas belajar secara terus-menerus tanpa motivasi dari luar
dirinya merupakan motivasi dari luar dirinya merupakan motivasi intrinsik yang
sangat penting dalam aktivitas belajar. Namun, seseorang yang tidak mempunyai
keinginan untuk belajar, dorongan dari luar dirinya merupakan motivasi
ektrinsik yang diharapkan. Oleh karena itu, motivasi ekstrinsik diperlukan bila
motivasi intrinsik tidak ada dalam diri seseorang sebagai subjek belajar.
BAB. 2
PEMBAHASAN
1.
Definisi
motivasi
Motivasi
merupakan satu unsur paling penting dari pengajaran efektif. Siswa yang
memiliki keinginan belajar dapat saja belajar tentang segala sesuatu. Motivasi
adalah satu komponen yang paling penting dari pembeljaran dan satu komponen
yang paling sukar diukur. Kemauan untuk melakukan upaya dalam pembelajaran
merupakan suatu produk dari banyak faktor, tentang kepribadian dan kemampuan
siswa sampai karakteristik tugas-tugas pembelajaran tertentu, insentif untuk
belajar, tatanan pelajaran, dan perilaku guru.
Sejumlah
siswa lebih termotivasi untuk begadang
atau nonton televisi daripada mengerjakan PR. Tugas pendidik bukan meningkatkan
motivasi itu sendiri tetapi menemukan, menggugah, dan mempertahankan motivasi
siswa untuk belajar dan terlibat dalam aktivitas yang menuju pada pembelajaran.
Para
ahli psikologi mendefinisikan motivasi sebagai proses internal yang
mengaktifkan, membimbing dan mempertahankan perilaku dalam rentang waktu
tertentu (Baron,1992;schunk,1990). Dalam bahasa sederhana, motivasi adalah apa
yang membuat anda berbuat dan menentukan ke arah mana yang hendak anda perbuat.
Gage
dan Berliner (1984) menganalogikan motivasi sebuah mobil, dimana mesin analog
dengan intensitas dan kemudi analog dengan arah. Meskipun demikian, sebenarnya
intensitas dan arah motivasi sering kali sulit untuk terlibat dalam satu
kegiatan sebagaian besar dapat bergantung pada intensitas dan arah motivasi
untuk terlibat dalam kegiatan alternative.
Guru
akan mendukung motivasi. Motivasi tidak hanya penting untuk menjadikan siwa
terlibat dalam kegiatan akademik. Motivasi juga penting dalam menentukan
seberapa jauh menyerap informasi yang disajikan kepada mereka. Siswa yang termotivasi
untuk belajar sesuatu akan menggunakan proses kognitif yang lebih tinggi dalam
mempelajari materi itu, sehingga siswa itu akan menyerap dan mengendapkan
materi itu dengan lebih baik (Garner, Alexander, Gilingham, Kulikowich, dan
Brown,1991;Graham dan Golan,1991). Tugas penting bagi guru adalah merencanakan
bagaimana.
Motivasi
untuk melakukan sesuatu dapat muncul dalam berbagai bentuk. Motivasi dapat
merupakan suatu karakteristik pribadi; individu tertentu dapat memiliki minat
yang stabil dan tahan lama dalam berperan serta pada berbagai kategori kegiatan
yang begitu luas seperti akademik, olah raga atau kegiatan sosial.
2.
Teori
– Teori Motivasi
A. Motivasi
dan teori pembelajaran perilaku
Konsep
motivasi berkaitan erat dengan prinsip bahwa perilaku yang memperoleh penguatan
di masa lalu lebih memiliki kemungkinan diulang dibandingkan dengan perilaku
yang tidak memperoleh penguatan atau perilaku yang terkena hukuman. Dalam
kenyataanya, daripada membahas konsep motivasi, penganut teori perilaku lebih
memfokuskan pada seberapa jauh siswa telah belajar untuk mengerjakan pekerjaan
sekolah dalam rangka mendapatkan hasil yang diinginkan.
Penghargaan dan penguatan.
Satu alasan mengapa penguatan yang pernah diterima merupakan penjelasan yang
tidak memadai untuk motivasi karena motivasi manusia itu sangat kompleks dan
tidak bebas dari konteks. Terhadap binatang yang sangat lapar kita dapat
meramalkan bahwa makanan akan merupakan penguat yang efektif. Terhadap manusia,
meskipun ia lapar, kita tidak dapat sepenuhnya yakin apa yang merupakan penguat
dan apa yang bukan penguat karena nilai penguat dari penguat yang paling
potensial sebagian besar ditentukan oleh faktor-faktor pribadi dan situasional.
Penentuan nilai dari suatu insentif.
Ilustrasi berikut ini menunjukan poin penting: nilai motivasi dari suatu
insentif tidak dapat diasumsikan, karena nilai itu dapat tergantung kepada
banyak faktor(Chance,1992). Pada saat guru mengatakan,”saya ingin kamu semua
mengumpulkan laporan buku pada waktunya karena laporan itu akan diperhitungkan
dalam menentukan nilaimu,” guru itu mungkin mengasumsikan bahwa nilai merupakan
insentif yang efektif untuk siwa pada umumnya. Tetapi bagaimanapun juga,
sejumlah siswa dapat tidak menghiraukan nilai karena orang tua mereka tidak
menghiraukannya atau mereka memilik catatan kegagalan disekolah dan telah
mengambil sikap bahwa nilai itu tidak penting. Apabila guru mengatakan kepada
seorang siswa, “pekerjaan yang bagus! Saya tahu kamu dapat mengerjakan tugasi
itu apabila kamu mencobanya!” ucapan itu dapat memotivasi seorang siswa yang
baru saja menyelesaikan suatu tugas yang ia anggap sulit namun dapat berarti
hukuman bagi siswa yang berfikir tugas itu mudah (karena pujian guru itu
memiliki implikasi bahwa ia khusus telah bekerja keras untuk menyelesaikan
tugas itu).
B. Motivasi
dan Kebutuhan Manusia
Sementara para ahli teori
pembelajaran perilaku berbicara perihal motivasi untuk mendapatkan penguatan
dan menghindari hukuman, para ahli teori motivasi yang lain (misalnya
Maslow,1954) lebih menyukai konsep motivasi untuk memenuhi kebutuhan. Teori motivasi yang dikembangkan
oleh Abraham H. Maslow pada intinya berkisar pada pendapat bahwa manusia
mempunyai lima tingkat atau hierarki kebutuhan, yaitu :
1.
kebutuhan
fisiologikal (physiological needs), seperti : rasa lapar, haus, istirahat dan
sex;
2.
kebutuhan
rasa aman (safety needs), tidak dalam arti fisik semata, akan tetapi juga
mental, psikologikal dan intelektual;
3.
kebutuhan
akan kasih sayang (love needs);
4.
kebutuhan
akan harga diri (esteem needs), yang pada umumnya tercermin dalam berbagai
simbol-simbol status;
5.
aktualisasi
diri (self actualization), dalam arti tersedianya kesempatan bagi seseorang
untuk mengembangkan potensi yang terdapat dalam dirinya sehingga berubah
menjadi kemampuan nyata.
Impilkasi
dari teori Maslow dalam pendidikan. Pentingnya teori maslow dalam pendidikan
terletak dalam hubungan antara kebutuhan dasar dan kebutuhan tumbuh. Jelas
bahwa siswa yang sangat lapar atau yang dicekam bahaya akan memiliki energy
psikologis kecil yang dikerahkan untuk belajar.
Di
sekolah kebutuhan dasar paling penting kemungkinan adalah kebutuhan akan kasih
sayang dan harga diri. Siswa yang tidak memiliki perasaan bahwa mereka dicintai
dan mereka mampu, kecil kemungkinannya memiliki motivasi kuat untuk mencapai
tujuan perkembangan yang tingkatnya lebih tinggi, sebagai missal mencari
pengetahuan dan pemahaman atas upaya mereka sendiri atau kreativitas dan
keterbukaan untuk ide-ide baru yang merupakan karakteristik orang-orang yang
mencapai aktualisasi diri.
Guru
yang berhasil membuat siswa merasa senang dan membuat mereka merasa diterima
dan dihormati sebagai individu lebih besar peluangnya untuk membantu mereka
menjadi bersemangat untuk belajar demi pembelajaran dan kesediaan berkorban
untuk menjadi kreatif dan terbuka terhadap ide-ide baru.
C.
Motivasi
dan Teori Harapan
Victor
H. Vroom, dalam bukunya yang berjudul “Work And Motivation” mengetengahkan
suatu teori yang disebutnya sebagai “ Teori Harapan”. Menurut teori ini,
motivasi merupakan akibat suatu hasil dari yang ingin dicapai oleh seorang dan
perkiraan yang bersangkutan bahwa tindakannya akan mengarah kepada hasil yang
diinginkannya itu. Artinya, apabila seseorang sangat menginginkan sesuatu, dan
jalan tampaknya terbuka untuk memperolehnya, yang bersangkutan akan berupaya
mendapatkannya.
Dinyatakan
dengan cara yang sangat sederhana, teori harapan berkata bahwa jika seseorang
menginginkan sesuatu dan harapan untuk memperoleh sesuatu itu cukup besar, yang
bersangkutan akan sangat terdorong untuk memperoleh hal yang diinginkannya itu.
Sebaliknya, jika harapan memperoleh hal yang diinginkannya itu tipis,
motivasinya untuk berupaya akan menjadi rendah.
Di
kalangan ilmuwan dan para praktisi manajemen sumber daya manusia teori harapan
ini mempunyai daya tarik tersendiri karena penekanan tentang pentingnya bagian
kepegawaian membantu para pegawai dalam menentukan hal-hal yang diinginkannya
serta menunjukkan cara-cara yang paling tepat untuk mewujudkan keinginannnya
itu. Penekanan ini dianggap penting karena pengalaman menunjukkan bahwa para
pegawai tidak selalu mengetahui secara pasti apa yang diinginkannya, apalagi
cara untuk memperolehnya.
D.
Motivasi
dan Teori Kepribadian
Kata
motivasi digunakan untuk mendeskripsikan suatu dorongan, kebutuhan, atau
keinginan untuk melakukan sesuatu. Seseorang menggunakan konsep motivasi untuk
mendeskripsikan suatu kecenderungan umum yang mendorong ke arah pencapaian
jenis tujuan tertentu. Motivasi sering dipandang sebagai karakteristik yang relatif
stabil. Motivasi sebagai suatu karakteristik yang stabil merupakan konsep yang
agak berbeda dari motivasi untuk melakukan sesuatu yang spesifik dalam situasi
tertentu. Hal ini tidak bermaksud untuk mengatakan bahwa motivasi situasional
dan pribadi tidak berhubungan; motivasi sebagai karakteristik pribadi sebagaian
besar merupakan hasil dari sejarah seseorang.
Sebagai
misal, apabila anak-anak dipuji oleh orang tua dan guru mereka akrena
menunjukkan minat terhadap lingkungan sekitar mereka, berhasil di sekolah,
membaca cukup baik dan menikmati membaca, dan menemukan isi buku yang menarik
dan berguna, mereka akan mengembangkan suatu cinta belajar sebagai suatu ciri
kepribadian umum dan akan membaca serta belajar meskipun tidak ada seorangpun
mendorong mereka untuk melakukan hal itu. Bagaimanapun juga, cirri kepribadian
ini merupakan hasil sejarah panjang dari motivasi situasional untuk belajar
(McCombs,1991). Oleh karena itu apabila kita berbicara tentang motivasi sebagai
suatu karakteristik pribadi, penting diingat bahwa motivasi itu cenderung tetap
untuk berbagai macam tatanan dan sulit diubah dalam waktu singkat.
3. Cara
Peningkatan Motivasi Berprestasi
Satu
jenis motivasi paling penting dalam psikologi pendidikan adalah motivasi
berprestasi atau achievement motivation, kecenderungan berusaha untuk berhasil
dan memilih kegiatan yang berorientasi pada tujuan dan berorientasi pada
keberhasilan/ kegagalan. Sebagai missal, French (1956) menemukan bahwa
diberikan suatu pilihan mitra kerja untuk suatu tugas yang kompleks, siswa yang
memiliki motivasi berprestasi cenderung memilih mitra yang memiliki kemampuan
baik dalam tugas itu, dan siswa yang memiliki motivasi-afiliasi (yang memiliki
motivasi untuk dicintai dan diterima) cenderung memilih mitra yang ramah.
a.
Motivasi
dan orientasi tujuan
Sejumlah
siswa motivasinya terorientasi pada tujuan-tujuan pembelajaran atau penuntasan
tujuan; siswa yang lain berorientasi pada tujuan-tujuan penampilan. Siswa
dengan orientasi tujuan pembelajaran memandang tujuan sekolah sebagai
pencapaian kompetensi dalam keterampilan-keterampilan yang diajarkan, sedangkan
siswa dengan orientasi tujuan penampilan terutama mengupayakan memperoleh
penilaian positif terhadap kompetensi mereka (dan menghindari penilaian
negatif).
Tujuan pembelajaran lawan tujuan
penampilan,
siswa dengan tujuan pembelajaran dan siswa dengan tujuan penampilan tidak
berbeda dalam intelegensi secara keseluruhan, namun kinerja kelas mereka dapat
berbeda jauh. Apabila mereka dihadapkan pada rintangan , siswa yang berorientasi penampilan cenderung turun
semangatnya, dan penampilan mereka memperoleh rintangan yang serius. Sebaliknya
pada saat siswa yang terorientasi pada belajar menjumpai rintangan, mereka
cenderung untuk tetap mencoba, dan motivasi serta kinerja mereka benar-benar
dapat meningkat.
b.
Ketakberdayaan
belajar dan pelatihan atribusi
Satu
bentuk ekstrim dari motivasi untuk menghindari kegagalan disebut ketakberdayaan
belajar atau learned helplessness, yang merupakan persepsi bahwa apapun yang
dilakukan oleh seseorang, orang itu telah ditakdirkan untuk gagal atau tidak
berhasil: “tak ada satu pun yang saya lakukan punya arti”
Ketakberdayaan
belajar dapat timbul dari asuhan atau didikan anak namun juga dapat terjadi
dari penggunaan penghargaan dan hukuman yang tidak konsisten dan tidak dapat
diramal yang dilakukan guru, menyebabkan siswa yakin bahwa sedikit yang dapat
mereka lakukan agar berhasil. Ketakberdayaan belajar dapat dihindari atau
dikurangi dengan memberi siswa kesempatan untuk berhasil dalam langkah-langkah
kecil, umpan balik segera, dan yang paling penting harapan dan tindak lanjut
yang konsisten.
c.
Teori
ke dalam praktek
Membantu
siswa mengatasi ketakberdayaan belajar, belajar konsep ketakberdayaan belajar
diturunkan dari teori bahwa siswa dapat menjadi gagal akademik melalui proses
penkondisian berdasarkan umpan balik negatif dari guru, pengalaman sekolah,
teman sejawat dan siswa itu sendiri.
Guru
dapat menetralkan sindrom ini dengan berbagai cara pada dua tingkat, elementer
dan sekonder meliputi latihan atribusi, restrukturisasi tujuan, program percaya
diri, pendekatan berjaminan keberhasilan, dan sistem umpan balik positif.
d.
Harapan
guru dan hasil belajar
Bagaimana
guru mengkomunikasikan harapan-harapan positif merupakan hal yang penting bagi
guru untuk mengkomunikasikan kepada siswa harapan yang mereka dapat pelajari.
Jelas , merupakan ide yang tidak baik menyatakan yang sebaliknya bahwa seorang
siswa tertentu tidak dapat belajar dan sedikit guru yang secara eksplisit
melakukannya. Ada beberapa cara implisit yang dapat digunakan para guru dalam
mengkomunikasikan harapan-harapan positip dari siswa mereka (atau menghindari
harapan-harapan negatif):
·
Menunggu
siswa untuk merespon : Rower (1974) dan lainya telah mencatat bahwa guru
bersedia menunggu lebih lama untuk mendapatkan jawaban-jawaban dari siswa
terhadap siapa guru itu memiliki harapan tinggi dibandingkan dengan saat
menunggu siswa lain
·
Menghindari
pembedaan prestasi belajar di antara siswa yang tidak perlu: hasil evaluasi dan
nilai hendaknya merupakan hal yang bersifat pribadi di antara siswa dan guru
mereka, bukan informasi untuk umum.
e.
Kecemasan
dan prestasi belajar
Kecemasan
merupakan bagian yang tak terpisahkan dari pendidikan. Setiap siswa merasakan
sejumlah kecemasan pada suatu waktu pada saat di sekolah; dan untuk siswa
tertentu, kecemasan menghambat belajar atau kinerja mereka secara serius
khususnya pada saat tes.
Sumber
utama kecemasan di sekolah adalah ketakutan akan gagal, di samping itu
kehilangan harga diri. Siswa yang prestasi belajarnya rendah cenderung cemas di
sekolah, namun mereka tidak sendirian. Kita semua mengetahui siswa yang sangat
mampu, siswa yang prestasi belajarnya tinggi juga sangat cemas.
4.
Cara Peningkatan Motivasi Belajar
Siswa
Ada
beberapa Cara
Meningkatkan Motivasi Belajar siswa, misalnya saja seperti yang
diungkapkan A.M. Sardiman (2005:92-94), yaitu:
a.
Memberi
angka
Angka dalam hal ini sebagai
simbol dari nilai kegiatan belajarnya. Banyak siswa yang justru untuk mencapai
angka/nilai yang baik. Sehingga yang dikejar hanyalah nilai ulangan atau nilai
raport yang baik. Angka-angka yang baik itu bagi para siswa merupakan motivasi
belajar yang sangat kuat. Yang perlu diingat oleh guru, bahwa pencapaian
angka-angka tersebut belum merupakan hasil belajar yang sejati dan bermakna.
Harapannya angka-angka tersebut dikaitkan dengan nilai afeksinya bukan sekedar
kognitifnya saja.
b. Hadiah
Hadiah dapat menjadi motivasi belajar yang kuat,
dimana siswa tertarik pada bidang tertentu yang akan diberikan hadiah. Tidak
demikian jika hadiah diberikan untuk suatu pekerjaan yang tidak menarik menurut
siswa.
c. Kompetisi
Persaingan, baik yang individu
atau kelompok, dapat menjadi sarana untuk meningkatkan motivasi belajar. Karena
terkadang jika ada saingan, siswa akan menjadi lebih bersemangat dalam mencapai
hasil yang terbaik.
d. Ego-involvement
Menumbuhkan kesadaran kepada
siswa agar merasakan pentingnya tugas dan menerimanya sebagai tantangan
sehingga bekerja keras adalah sebagai salah satu bentuk motivasi yang cukup
penting. Bentuk kerja keras siswa dapat terlibat secara kognitif yaitu dengan mencari
cara untuk dapat meningkatkan
motivasi belajar.
e. Memberi
Ulangan
Para siswa akan giat belajar
kalau mengetahui akan diadakan ulangan. Tetapi ulangan jangan terlalu sering
dilakukan karena akan membosankan dan akan jadi rutinitas belaka.
f. Mengetahui
Hasil
Mengetahui hasil belajar bisa
dijadikan sebagai alat motivasi belajar anak. Dengan mengetahui hasil
belajarnya, siswa akan terdorong untuk belajar lebih giat. Apalagi jika hasil
belajar itu mengalami kemajuan, siswa pasti akan berusaha mempertahankannya
atau bahkan termotivasi untuk dapat meningkatkannya.
g. Pujian
Apabila ada siswa yang berhasil
menyelesaikan tugasnya dengan baik, maka perlu diberikan pujian. Pujian adalah
bentuk reinforcement yang positif dan memberikan motivasi yang baik
bagi siswa. Pemberiannya juga harus pada waktu yang tepat, sehingga akan
memupuk suasana yang menyenangkan dan mempertinggi motivasi belajar serta
sekaligus akan membangkitkan harga diri.
h. Hukuman
Hukuman adalah bentuk reinforcement
yang negatif, tetapi jika diberikan secara tepat dan bijaksana, bisa menjadi
alat motivasi belajar anak. Oleh karena itu, guru harus
memahami prinsip-prinsip pemberian hukuman tersebut.
5.
Cara Guru
Memberikan Penghargaan dan Ganjaran Terhadap Kinerja, Upaya, dan Perbaikan
Satu prinsip utama dalam
memberikan ganjaran kepada siswa atas pencurahan upaya terbaik mereka adalah
dengan memberi pujian siswa atas upaya mereka atau seperti yang dilakukan di
banyak sekolah, dengan memberikan nilai tersendiri untuk upaya yang telah
dilakukan siswa di samping nilai kinerja seperti biasanya atau memasukan upaya
sebagai bagian penting dari nilai siswa.
a) Penggunaan
pujian secara efektif
Pujian berguna bagi banyak
maksud dalam pengajaran di kelas dan terutama digunakan untuk memperkuat
perilaku yang diinginkan dan memberikan balikan kepada siswa atas apa yang
mereka lakukan dengan baik. Secara garis besar dapat dikatakan merupakan ide
yang baik untuk sering menggunakan pujian, khususnya terhadap anak-anak muda
usia dan di dalam kelas yang banyak memiliki siswa prestasinya rendah. Tetapi
bagaimanapun juga, apa yang lebih penting dari pada besar pujian yang diberikan
adalah cara bagaimana pujian itu diberikan. Pujian akan efektif sebagai
motivator kelas sepanjang pujian itu langsung mengacu pada kinerja yang jelas,
spesifik, dan dapat dipercaya. Pujian kontingen adalah pujian yang mengacu pada
kinerja yang jelas atau pemberiannya ditentukan oleh kinerja siswa di samping
juga perilaku yang terdefinisikan dengan baik. Agar pujian itu benar-benar
dapat dipercaya, maka pujian itu hendaknya diberikan untuk kerja yang benar-benar
baik. Brophy (1981) mengemukakan bahwa pada saat memuji siswa yang kurang
pandai atau nakal untuk kerja baik mereka, guru sering kali mengecilkan arti
pujian itu dengan nada, gaya, atau isyarat-isyarat nonverbal yang lain.
b) Penggunaan
nilai sebagai insentif
Sistem penilaian yang digunakan
kebanyakan sekolah melayani tiga fungsi yang berbeda pada waktu yang
sama:evaluasi, balikan, dan insentif. Fungsi campuran ini membuat nilai menjadi
kurang ideal bila hanya melayani tiap-tiap fungsi. Sebagai missal, karena nilai
sebagian besar didasarkan pada kemampuan daripada upaya, maka nilai kurang
ideal untuk memotivasi siswa untuk mencurahkan upaya maksimum.
Eksperimen membandingkan
kelas-kelas perguruan tinggi yang dinilai dan tidak dinilai, hasilnya ditemukan
adanya kinerja yang signifikan lebih tinggi pada kelas yang dinilai. Nilai
berfungsi sebagai insentif sebagian karena nilai itu memperbesar makna ganjaran
lain yang diberikan berdekatan waktunya dengan perilaku-perilaku yang diperkuat
nilai itu. Sebagai misal, pada saat siswa memperoleh A untuk makalahnya, siswa
itu dapat menyikapi nilai itu sebagian karena nilai A itu merupakan suatu
indikasi bahwa nilainya dalam mata kuliah itu dapat juga bagus. Masalah
aksesibilitas nilai-kenyataan bahwa nilai bagus terlalu mudah bagi sejumlah
siswa tetapi terlalu sulit untuk siswa lain-dapat dikurangi sebagaian dengan
menggunakan system penilaian yang memiliki banyak tingkat. Sebagai misal, siswa
yang kurang pandai merasa memperoleh ganjaran apabila siswa ini lulus biasa
atau apabila ia mendapat nilai C, sementara teman sekelasnya yang pandai dapat
tidak puas kecuali mendapat nilai A. Di samping itu, satu alasan utama mengapa
siswa menghargai nilai adalah karena orang tua memuji anaknya untuk peningkatan
nilai yang berhasil dicapai. Meskipun nilai bagus tidak sama mudahnya dicapai
oleh seluruh siswa, peningkatan nilai sudah barang tentu ya, kecuali oleh siswa
yang terus menerus mendapat nilai A.
c) Harapan-harapan
belajar individual
Cara lain dari pemberian
insentif untuk belajar adalah dengan menghargai peningkatan yang berhasil
dicapai siswa melampaui rekornya sendiri yang lalu. Keuntungan dari skor
peningkatan atau skor perkembangan adalah bahwa skor ini dapat diangkakan dan
tidak terlalu bergantung kepada pertimbangan subyektif guru seperti halnya skor
upaya. Seluruh siswa kecuali siswa dengan kinerja tinggi dapat diganjar untuk
pekerjaan yang sempurna, yang seharusnya berada dalam jangkauan mereka.
Slavin mengembangkan dan
mengevaluasi suatu metode penganjaran siswa untuk peningkatan prestasi yang
disebut Harapan Belajar Individual atau Individual Learning Expectations (ILE).
Ide balik ILE adalah menghargai siswa yang bekerja lebih baik daripada yang
mereka dapat menunjukkan prestasi sempurna sepanjang waktu. Dengan cara ini,
seluruh siswa memiliki kesempatan untuk mendapatkan penghargaan untuk kerja
akademik hanya dengan melakukan yang terbaik. Penelitian menemukan bahwa
penggunaan ILE meningkatkan secara signifikan hasil belajar siswa dibandingkan
dengan kelas-kelas yang menggunakan sistem penilaian tradisional.
BAB.3
KESIMPULAN
Motivasi adalah suatu proses
internal yang dapat mengaktifkan, memandu, dan mempertahankan perilaku dari
waktu ke waktu. Ada beberapa jenis intensitas, sasaran dan arah yang berbeda
dari motivasi. Motivasi untuk belajar adalah sangat penting bagi siswa dan
guru.
Guru
akan mendukung motivasi. Motivasi tidak hanya penting untuk menjadikan siwa
terlibat dalam kegiatan akademik. Motivasi juga penting dalam menentukan
seberapa jauh menyerap informasi yang disajikan kepada mereka. Siswa yang
termotivasi untuk belajar sesuatu akan menggunakan proses kognitif yang lebih
tinggi dalam mempelajari materi itu, sehingga siswa itu akan menyerap dan
mengendapkan materi itu dengan lebih baik (Garner, Alexander, Gilingham,
Kulikowich, dan Brown,1991;Graham dan Golan,1991). Tugas penting bagi guru
adalah merencanakan bagaimana
DAFTAR PUSTAKA
Nur, Mohamad.1998. Pemotivasian Siswa Untuk Belajar. Surabaya:Institut Keguruan dan
Ilmu Pendidikan.
Sardiman.2007. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar.
Jakarta:PT Raja Grafindo Persada.
Djamarah, Bahri,
Sayiful.2002. Psikologi Belajar. Jakarta:Rineka
Cipta.