Minggu, 08 Juli 2012

Makalah Psikologi Pendidikan
PSIKOLOGI PENDIDIKAN
PEMOTIVASIAN SISWA UNTUK BELAJAR
Disusun oleh:
Puspita Sari             (1006101030038)




Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Syiah Kuala
Darussalam, Banda Aceh
2012


KATA PENGANTAR


Segala puji dan syukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan segala karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah  ini. Selawat dan salam tak lupa pula kita hadiahkan kepada Nabi besar Muhammad SAW, yang telah mengubah kehidupan manusia dari alam yang penuh dengan kebodohan menuju ke alam yang penuh dengan ilmu pengetahuan sebagai mana yang kita rasakan sama-sama pada hari ini.
Ucapan terima kasih saya sebesar-besarnya kepada dosen mata kuliah Kurikulum dan Pembelajaran, yang telah mencurahkan tenaga dan pikiran dalam membimbing dan mengarahkan penulis sehingga akhirnya dapat menyelesaikan makalah ini.
Mudah-mudahan apa yang tertulis dalam makalah ini menjadi sebuah ilmu pengetahuan bagi kita semua, terutama bagi penulis sendiri dan bagi penbaca dan pendengar makalah ini. Penulis sangat menyadari bahwa makalah ini masih sangat jauh dari kesempurnaan,dimana ada kesalahan atau keraguan kritik dan saran sangat kami harapkan.


Banda Aceh, Maret 2012
Penulis
DAFTAR ISI

Kata Pengantar..............................................................................................................       i
Daftar Isi.........................................................................................................................       ii
Bab.1 Pendahuluan.......................................................................................................       1
Bab.2 Pembahasan........................................................................................................
1.      Perbedaan KTSP dan KBK...........................................................................       4
2.      Perbedaan Esensi SK dan KD.......................................................................       8
Bab.3 Kesimpulan..........................................................................................................       10



BAB. 1
PENDAHULUAN

Banyak para ahli yang sudah mengemukakan pengertian motivasi dengan berbagai sudut pandang mereka masing-masing, namun intinya sama, yakni sebagai suatu pendorong yang mengubah energi dalam diri seseorang ke dalam bentuk aktivitas nyata untuk mencapai tujuan tertentu.
Motivasi adalah suatu perubahan energi di dalam pribadi seseorang yang ditandai dengan timbulnya afektif (perasaan) dan reaksi untuk mencapai tujuan. Perubahan energi dalam diri seseorang itu berbentuk suatu aktivitas nyata berupa kegiatan fisik. Karena seseorang mempunyai tujuan tertentu dari aktivitasnya, maka seseorang mempunyai motivasi yang kuat untuk mencapainya dengan segala upaya yang dapat dia lakukan untuk mencapainya.
Dalam proses belajar, motivasi sangat diperlukan, sebab seseorang yang tidak mempunyai motivasi dalam belajar, tak akan mungkin melakukan aktivitas belajar. Hal ini merupakan pertanda bahwa sesuatu yang akan dikerjakan itu tidak menyentuh kebutuhannya. Segala sesuatu yang menarik minat orang lain belum tentu menarik minat orang tertentu selama sesuatu itu tidak bersentuhan dengan kebutuhannya.
Seseorang yang melakukan aktivitas belajar secara terus-menerus tanpa motivasi dari luar dirinya merupakan motivasi dari luar dirinya merupakan motivasi intrinsik yang sangat penting dalam aktivitas belajar. Namun, seseorang yang tidak mempunyai keinginan untuk belajar, dorongan dari luar dirinya merupakan motivasi ektrinsik yang diharapkan. Oleh karena itu, motivasi ekstrinsik diperlukan bila motivasi intrinsik tidak ada dalam diri seseorang sebagai subjek belajar.

BAB. 2
PEMBAHASAN

1.      Definisi motivasi
Motivasi merupakan satu unsur paling penting dari pengajaran efektif. Siswa yang memiliki keinginan belajar dapat saja belajar tentang segala sesuatu. Motivasi adalah satu komponen yang paling penting dari pembeljaran dan satu komponen yang paling sukar diukur. Kemauan untuk melakukan upaya dalam pembelajaran merupakan suatu produk dari banyak faktor, tentang kepribadian dan kemampuan siswa sampai karakteristik tugas-tugas pembelajaran tertentu, insentif untuk belajar, tatanan pelajaran, dan perilaku guru.
Sejumlah siswa  lebih termotivasi untuk begadang atau nonton televisi daripada mengerjakan PR. Tugas pendidik bukan meningkatkan motivasi itu sendiri tetapi menemukan, menggugah, dan mempertahankan motivasi siswa untuk belajar dan terlibat dalam aktivitas yang menuju pada pembelajaran.
Para ahli psikologi mendefinisikan motivasi sebagai proses internal yang mengaktifkan, membimbing dan mempertahankan perilaku dalam rentang waktu tertentu (Baron,1992;schunk,1990). Dalam bahasa sederhana, motivasi adalah apa yang membuat anda berbuat dan menentukan ke arah mana yang hendak anda perbuat.
Gage dan Berliner (1984) menganalogikan motivasi sebuah mobil, dimana mesin analog dengan intensitas dan kemudi analog dengan arah. Meskipun demikian, sebenarnya intensitas dan arah motivasi sering kali sulit untuk terlibat dalam satu kegiatan sebagaian besar dapat bergantung pada intensitas dan arah motivasi untuk terlibat dalam kegiatan alternative.
Guru akan mendukung motivasi. Motivasi tidak hanya penting untuk menjadikan siwa terlibat dalam kegiatan akademik. Motivasi juga penting dalam menentukan seberapa jauh menyerap informasi yang disajikan kepada mereka. Siswa yang termotivasi untuk belajar sesuatu akan menggunakan proses kognitif yang lebih tinggi dalam mempelajari materi itu, sehingga siswa itu akan menyerap dan mengendapkan materi itu dengan lebih baik (Garner, Alexander, Gilingham, Kulikowich, dan Brown,1991;Graham dan Golan,1991). Tugas penting bagi guru adalah merencanakan bagaimana.
Motivasi untuk melakukan sesuatu dapat muncul dalam berbagai bentuk. Motivasi dapat merupakan suatu karakteristik pribadi; individu tertentu dapat memiliki minat yang stabil dan tahan lama dalam berperan serta pada berbagai kategori kegiatan yang begitu luas seperti akademik, olah raga atau kegiatan sosial.  
2.      Teori – Teori Motivasi

A.    Motivasi dan teori pembelajaran perilaku
Konsep motivasi berkaitan erat dengan prinsip bahwa perilaku yang memperoleh penguatan di masa lalu lebih memiliki kemungkinan diulang dibandingkan dengan perilaku yang tidak memperoleh penguatan atau perilaku yang terkena hukuman. Dalam kenyataanya, daripada membahas konsep motivasi, penganut teori perilaku lebih memfokuskan pada seberapa jauh siswa telah belajar untuk mengerjakan pekerjaan sekolah dalam rangka mendapatkan hasil yang diinginkan.
Penghargaan dan penguatan. Satu alasan mengapa penguatan yang pernah diterima merupakan penjelasan yang tidak memadai untuk motivasi karena motivasi manusia itu sangat kompleks dan tidak bebas dari konteks. Terhadap binatang yang sangat lapar kita dapat meramalkan bahwa makanan akan merupakan penguat yang efektif. Terhadap manusia, meskipun ia lapar, kita tidak dapat sepenuhnya yakin apa yang merupakan penguat dan apa yang bukan penguat karena nilai penguat dari penguat yang paling potensial sebagian besar ditentukan oleh faktor-faktor pribadi dan situasional.
Penentuan nilai dari suatu insentif. Ilustrasi berikut ini menunjukan poin penting: nilai motivasi dari suatu insentif tidak dapat diasumsikan, karena nilai itu dapat tergantung kepada banyak faktor(Chance,1992). Pada saat guru mengatakan,”saya ingin kamu semua mengumpulkan laporan buku pada waktunya karena laporan itu akan diperhitungkan dalam menentukan nilaimu,” guru itu mungkin mengasumsikan bahwa nilai merupakan insentif yang efektif untuk siwa pada umumnya. Tetapi bagaimanapun juga, sejumlah siswa dapat tidak menghiraukan nilai karena orang tua mereka tidak menghiraukannya atau mereka memilik catatan kegagalan disekolah dan telah mengambil sikap bahwa nilai itu tidak penting. Apabila guru mengatakan kepada seorang siswa, “pekerjaan yang bagus! Saya tahu kamu dapat mengerjakan tugasi itu apabila kamu mencobanya!” ucapan itu dapat memotivasi seorang siswa yang baru saja menyelesaikan suatu tugas yang ia anggap sulit namun dapat berarti hukuman bagi siswa yang berfikir tugas itu mudah (karena pujian guru itu memiliki implikasi bahwa ia khusus telah bekerja keras untuk menyelesaikan tugas itu).
B.     Motivasi dan Kebutuhan Manusia
Sementara para ahli teori pembelajaran perilaku berbicara perihal motivasi untuk mendapatkan penguatan dan menghindari hukuman, para ahli teori motivasi yang lain (misalnya Maslow,1954) lebih menyukai konsep motivasi untuk memenuhi kebutuhan. Teori motivasi yang dikembangkan oleh Abraham H. Maslow pada intinya berkisar pada pendapat bahwa manusia mempunyai lima tingkat atau hierarki kebutuhan, yaitu :
1.      kebutuhan fisiologikal (physiological needs), seperti : rasa lapar, haus, istirahat dan sex;
2.      kebutuhan rasa aman (safety needs), tidak dalam arti fisik semata, akan tetapi juga mental, psikologikal dan intelektual;
3.      kebutuhan akan kasih sayang (love needs);
4.      kebutuhan akan harga diri (esteem needs), yang pada umumnya tercermin dalam berbagai simbol-simbol status;
5.      aktualisasi diri (self actualization), dalam arti tersedianya kesempatan bagi seseorang untuk mengembangkan potensi yang terdapat dalam dirinya sehingga berubah menjadi kemampuan nyata.
Impilkasi dari teori Maslow dalam pendidikan. Pentingnya teori maslow dalam pendidikan terletak dalam hubungan antara kebutuhan dasar dan kebutuhan tumbuh. Jelas bahwa siswa yang sangat lapar atau yang dicekam bahaya akan memiliki energy psikologis kecil yang dikerahkan untuk belajar.
Di sekolah kebutuhan dasar paling penting kemungkinan adalah kebutuhan akan kasih sayang dan harga diri. Siswa yang tidak memiliki perasaan bahwa mereka dicintai dan mereka mampu, kecil kemungkinannya memiliki motivasi kuat untuk mencapai tujuan perkembangan yang tingkatnya lebih tinggi, sebagai missal mencari pengetahuan dan pemahaman atas upaya mereka sendiri atau kreativitas dan keterbukaan untuk ide-ide baru yang merupakan karakteristik orang-orang yang mencapai aktualisasi diri.
Guru yang berhasil membuat siswa merasa senang dan membuat mereka merasa diterima dan dihormati sebagai individu lebih besar peluangnya untuk membantu mereka menjadi bersemangat untuk belajar demi pembelajaran dan kesediaan berkorban untuk menjadi kreatif dan terbuka terhadap ide-ide baru.


C.     Motivasi dan Teori Harapan
Victor H. Vroom, dalam bukunya yang berjudul “Work And Motivation” mengetengahkan suatu teori yang disebutnya sebagai “ Teori Harapan”. Menurut teori ini, motivasi merupakan akibat suatu hasil dari yang ingin dicapai oleh seorang dan perkiraan yang bersangkutan bahwa tindakannya akan mengarah kepada hasil yang diinginkannya itu. Artinya, apabila seseorang sangat menginginkan sesuatu, dan jalan tampaknya terbuka untuk memperolehnya, yang bersangkutan akan berupaya mendapatkannya.
Dinyatakan dengan cara yang sangat sederhana, teori harapan berkata bahwa jika seseorang menginginkan sesuatu dan harapan untuk memperoleh sesuatu itu cukup besar, yang bersangkutan akan sangat terdorong untuk memperoleh hal yang diinginkannya itu. Sebaliknya, jika harapan memperoleh hal yang diinginkannya itu tipis, motivasinya untuk berupaya akan menjadi rendah.
Di kalangan ilmuwan dan para praktisi manajemen sumber daya manusia teori harapan ini mempunyai daya tarik tersendiri karena penekanan tentang pentingnya bagian kepegawaian membantu para pegawai dalam menentukan hal-hal yang diinginkannya serta menunjukkan cara-cara yang paling tepat untuk mewujudkan keinginannnya itu. Penekanan ini dianggap penting karena pengalaman menunjukkan bahwa para pegawai tidak selalu mengetahui secara pasti apa yang diinginkannya, apalagi cara untuk memperolehnya.
D.    Motivasi dan Teori Kepribadian
Kata motivasi digunakan untuk mendeskripsikan suatu dorongan, kebutuhan, atau keinginan untuk melakukan sesuatu. Seseorang menggunakan konsep motivasi untuk mendeskripsikan suatu kecenderungan umum yang mendorong ke arah pencapaian jenis tujuan tertentu. Motivasi sering dipandang sebagai karakteristik yang relatif stabil. Motivasi sebagai suatu karakteristik yang stabil merupakan konsep yang agak berbeda dari motivasi untuk melakukan sesuatu yang spesifik dalam situasi tertentu. Hal ini tidak bermaksud untuk mengatakan bahwa motivasi situasional dan pribadi tidak berhubungan; motivasi sebagai karakteristik pribadi sebagaian besar merupakan hasil dari sejarah seseorang.
Sebagai misal, apabila anak-anak dipuji oleh orang tua dan guru mereka akrena menunjukkan minat terhadap lingkungan sekitar mereka, berhasil di sekolah, membaca cukup baik dan menikmati membaca, dan menemukan isi buku yang menarik dan berguna, mereka akan mengembangkan suatu cinta belajar sebagai suatu ciri kepribadian umum dan akan membaca serta belajar meskipun tidak ada seorangpun mendorong mereka untuk melakukan hal itu. Bagaimanapun juga, cirri kepribadian ini merupakan hasil sejarah panjang dari motivasi situasional untuk belajar (McCombs,1991). Oleh karena itu apabila kita berbicara tentang motivasi sebagai suatu karakteristik pribadi, penting diingat bahwa motivasi itu cenderung tetap untuk berbagai macam tatanan dan sulit diubah dalam waktu singkat.
3.      Cara Peningkatan Motivasi Berprestasi
Satu jenis motivasi paling penting dalam psikologi pendidikan adalah motivasi berprestasi atau achievement motivation, kecenderungan berusaha untuk berhasil dan memilih kegiatan yang berorientasi pada tujuan dan berorientasi pada keberhasilan/ kegagalan. Sebagai missal, French (1956) menemukan bahwa diberikan suatu pilihan mitra kerja untuk suatu tugas yang kompleks, siswa yang memiliki motivasi berprestasi cenderung memilih mitra yang memiliki kemampuan baik dalam tugas itu, dan siswa yang memiliki motivasi-afiliasi (yang memiliki motivasi untuk dicintai dan diterima) cenderung memilih mitra yang ramah.
a.       Motivasi dan orientasi tujuan
Sejumlah siswa motivasinya terorientasi pada tujuan-tujuan pembelajaran atau penuntasan tujuan; siswa yang lain berorientasi pada tujuan-tujuan penampilan. Siswa dengan orientasi tujuan pembelajaran memandang tujuan sekolah sebagai pencapaian kompetensi dalam keterampilan-keterampilan yang diajarkan, sedangkan siswa dengan orientasi tujuan penampilan terutama mengupayakan memperoleh penilaian positif terhadap kompetensi mereka (dan menghindari penilaian negatif).
Tujuan pembelajaran lawan tujuan penampilan, siswa dengan tujuan pembelajaran dan siswa dengan tujuan penampilan tidak berbeda dalam intelegensi secara keseluruhan, namun kinerja kelas mereka dapat berbeda jauh. Apabila mereka dihadapkan pada rintangan , siswa yang  berorientasi penampilan cenderung turun semangatnya, dan penampilan mereka memperoleh rintangan yang serius. Sebaliknya pada saat siswa yang terorientasi pada belajar menjumpai rintangan, mereka cenderung untuk tetap mencoba, dan motivasi serta kinerja mereka benar-benar dapat meningkat.
b.      Ketakberdayaan belajar dan pelatihan atribusi
Satu bentuk ekstrim dari motivasi untuk menghindari kegagalan disebut ketakberdayaan belajar atau learned helplessness, yang merupakan persepsi bahwa apapun yang dilakukan oleh seseorang, orang itu telah ditakdirkan untuk gagal atau tidak berhasil: “tak ada satu pun yang saya lakukan punya arti”
Ketakberdayaan belajar dapat timbul dari asuhan atau didikan anak namun juga dapat terjadi dari penggunaan penghargaan dan hukuman yang tidak konsisten dan tidak dapat diramal yang dilakukan guru, menyebabkan siswa yakin bahwa sedikit yang dapat mereka lakukan agar berhasil. Ketakberdayaan belajar dapat dihindari atau dikurangi dengan memberi siswa kesempatan untuk berhasil dalam langkah-langkah kecil, umpan balik segera, dan yang paling penting harapan dan tindak lanjut yang konsisten.
c.       Teori ke dalam praktek
Membantu siswa mengatasi ketakberdayaan belajar, belajar konsep ketakberdayaan belajar diturunkan dari teori bahwa siswa dapat menjadi gagal akademik melalui proses penkondisian berdasarkan umpan balik negatif dari guru, pengalaman sekolah, teman sejawat dan siswa itu sendiri.
Guru dapat menetralkan sindrom ini dengan berbagai cara pada dua tingkat, elementer dan sekonder meliputi latihan atribusi, restrukturisasi tujuan, program percaya diri, pendekatan berjaminan keberhasilan, dan sistem umpan balik positif.
d.      Harapan guru dan hasil belajar
Bagaimana guru mengkomunikasikan harapan-harapan positif merupakan hal yang penting bagi guru untuk mengkomunikasikan kepada siswa harapan yang mereka dapat pelajari. Jelas , merupakan ide yang tidak baik menyatakan yang sebaliknya bahwa seorang siswa tertentu tidak dapat belajar dan sedikit guru yang secara eksplisit melakukannya. Ada beberapa cara implisit yang dapat digunakan para guru dalam mengkomunikasikan harapan-harapan positip dari siswa mereka (atau menghindari harapan-harapan negatif):
·         Menunggu siswa untuk merespon : Rower (1974) dan lainya telah mencatat bahwa guru bersedia menunggu lebih lama untuk mendapatkan jawaban-jawaban dari siswa terhadap siapa guru itu memiliki harapan tinggi dibandingkan dengan saat menunggu siswa lain
·         Menghindari pembedaan prestasi belajar di antara siswa yang tidak perlu: hasil evaluasi dan nilai hendaknya merupakan hal yang bersifat pribadi di antara siswa dan guru mereka, bukan informasi untuk umum.
e.       Kecemasan  dan prestasi belajar
Kecemasan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari pendidikan. Setiap siswa merasakan sejumlah kecemasan pada suatu waktu pada saat di sekolah; dan untuk siswa tertentu, kecemasan menghambat belajar atau kinerja mereka secara serius khususnya pada saat tes.
Sumber utama kecemasan di sekolah adalah ketakutan akan gagal, di samping itu kehilangan harga diri. Siswa yang prestasi belajarnya rendah cenderung cemas di sekolah, namun mereka tidak sendirian. Kita semua mengetahui siswa yang sangat mampu, siswa yang prestasi belajarnya tinggi juga sangat cemas.
4.      Cara Peningkatan Motivasi Belajar Siswa
Ada beberapa Cara Meningkatkan Motivasi Belajar siswa, misalnya saja seperti yang diungkapkan A.M. Sardiman (2005:92-94), yaitu:
a.       Memberi angka
Angka dalam hal ini sebagai simbol dari nilai kegiatan belajarnya. Banyak siswa yang justru untuk mencapai angka/nilai yang baik. Sehingga yang dikejar hanyalah nilai ulangan atau nilai raport yang baik. Angka-angka yang baik itu bagi para siswa merupakan motivasi belajar yang sangat kuat. Yang perlu diingat oleh guru, bahwa pencapaian angka-angka tersebut belum merupakan hasil belajar yang sejati dan bermakna. Harapannya angka-angka tersebut dikaitkan dengan nilai afeksinya bukan sekedar kognitifnya saja.
b.      Hadiah
Hadiah dapat menjadi motivasi belajar yang kuat, dimana siswa tertarik pada bidang tertentu yang akan diberikan hadiah. Tidak demikian jika hadiah diberikan untuk suatu pekerjaan yang tidak menarik menurut siswa.
c.        Kompetisi
Persaingan, baik yang individu atau kelompok, dapat menjadi sarana untuk meningkatkan motivasi belajar. Karena terkadang jika ada saingan, siswa akan menjadi lebih bersemangat dalam mencapai hasil yang terbaik.

d.      Ego-involvement
Menumbuhkan kesadaran kepada siswa agar merasakan pentingnya tugas dan menerimanya sebagai tantangan sehingga bekerja keras adalah sebagai salah satu bentuk motivasi yang cukup penting. Bentuk kerja keras siswa dapat terlibat secara kognitif yaitu dengan mencari cara untuk dapat meningkatkan motivasi belajar.
e.       Memberi Ulangan
Para siswa akan giat belajar kalau mengetahui akan diadakan ulangan. Tetapi ulangan jangan terlalu sering dilakukan karena akan membosankan dan akan jadi rutinitas belaka.
f.       Mengetahui Hasil
Mengetahui hasil belajar bisa dijadikan sebagai alat motivasi belajar anak. Dengan mengetahui hasil belajarnya, siswa akan terdorong untuk belajar lebih giat. Apalagi jika hasil belajar itu mengalami kemajuan, siswa pasti akan berusaha mempertahankannya atau bahkan termotivasi untuk dapat meningkatkannya.
g.      Pujian
Apabila ada siswa yang berhasil menyelesaikan tugasnya dengan baik, maka perlu diberikan pujian. Pujian adalah bentuk reinforcement yang positif dan memberikan motivasi yang baik bagi siswa. Pemberiannya juga harus pada waktu yang tepat, sehingga akan memupuk suasana yang menyenangkan dan mempertinggi motivasi  belajar serta sekaligus akan membangkitkan harga diri.
h.      Hukuman
Hukuman adalah bentuk reinforcement yang negatif, tetapi jika diberikan secara tepat dan bijaksana, bisa menjadi alat motivasi belajar anak. Oleh karena itu, guru harus memahami prinsip-prinsip pemberian hukuman tersebut.
5.      Cara Guru Memberikan Penghargaan dan Ganjaran Terhadap Kinerja, Upaya, dan Perbaikan
Satu prinsip utama dalam memberikan ganjaran kepada siswa atas pencurahan upaya terbaik mereka adalah dengan memberi pujian siswa atas upaya mereka atau seperti yang dilakukan di banyak sekolah, dengan memberikan nilai tersendiri untuk upaya yang telah dilakukan siswa di samping nilai kinerja seperti biasanya atau memasukan upaya sebagai bagian penting dari nilai siswa.
a)      Penggunaan pujian secara efektif
Pujian berguna bagi banyak maksud dalam pengajaran di kelas dan terutama digunakan untuk memperkuat perilaku yang diinginkan dan memberikan balikan kepada siswa atas apa yang mereka lakukan dengan baik. Secara garis besar dapat dikatakan merupakan ide yang baik untuk sering menggunakan pujian, khususnya terhadap anak-anak muda usia dan di dalam kelas yang banyak memiliki siswa prestasinya rendah. Tetapi bagaimanapun juga, apa yang lebih penting dari pada besar pujian yang diberikan adalah cara bagaimana pujian itu diberikan. Pujian akan efektif sebagai motivator kelas sepanjang pujian itu langsung mengacu pada kinerja yang jelas, spesifik, dan dapat dipercaya. Pujian kontingen adalah pujian yang mengacu pada kinerja yang jelas atau pemberiannya ditentukan oleh kinerja siswa di samping juga perilaku yang terdefinisikan dengan baik. Agar pujian itu benar-benar dapat dipercaya, maka pujian itu hendaknya diberikan untuk kerja yang benar-benar baik. Brophy (1981) mengemukakan bahwa pada saat memuji siswa yang kurang pandai atau nakal untuk kerja baik mereka, guru sering kali mengecilkan arti pujian itu dengan nada, gaya, atau isyarat-isyarat nonverbal yang lain.
b)      Penggunaan nilai sebagai insentif
Sistem penilaian yang digunakan kebanyakan sekolah melayani tiga fungsi yang berbeda pada waktu yang sama:evaluasi, balikan, dan insentif. Fungsi campuran ini membuat nilai menjadi kurang ideal bila hanya melayani tiap-tiap fungsi. Sebagai missal, karena nilai sebagian besar didasarkan pada kemampuan daripada upaya, maka nilai kurang ideal untuk memotivasi siswa untuk mencurahkan upaya maksimum.
Eksperimen membandingkan kelas-kelas perguruan tinggi yang dinilai dan tidak dinilai, hasilnya ditemukan adanya kinerja yang signifikan lebih tinggi pada kelas yang dinilai. Nilai berfungsi sebagai insentif sebagian karena nilai itu memperbesar makna ganjaran lain yang diberikan berdekatan waktunya dengan perilaku-perilaku yang diperkuat nilai itu. Sebagai misal, pada saat siswa memperoleh A untuk makalahnya, siswa itu dapat menyikapi nilai itu sebagian karena nilai A itu merupakan suatu indikasi bahwa nilainya dalam mata kuliah itu dapat juga bagus. Masalah aksesibilitas nilai-kenyataan bahwa nilai bagus terlalu mudah bagi sejumlah siswa tetapi terlalu sulit untuk siswa lain-dapat dikurangi sebagaian dengan menggunakan system penilaian yang memiliki banyak tingkat. Sebagai misal, siswa yang kurang pandai merasa memperoleh ganjaran apabila siswa ini lulus biasa atau apabila ia mendapat nilai C, sementara teman sekelasnya yang pandai dapat tidak puas kecuali mendapat nilai A. Di samping itu, satu alasan utama mengapa siswa menghargai nilai adalah karena orang tua memuji anaknya untuk peningkatan nilai yang berhasil dicapai. Meskipun nilai bagus tidak sama mudahnya dicapai oleh seluruh siswa, peningkatan nilai sudah barang tentu ya, kecuali oleh siswa yang terus menerus mendapat nilai A.
c)      Harapan-harapan belajar individual
Cara lain dari pemberian insentif untuk belajar adalah dengan menghargai peningkatan yang berhasil dicapai siswa melampaui rekornya sendiri yang lalu. Keuntungan dari skor peningkatan atau skor perkembangan adalah bahwa skor ini dapat diangkakan dan tidak terlalu bergantung kepada pertimbangan subyektif guru seperti halnya skor upaya. Seluruh siswa kecuali siswa dengan kinerja tinggi dapat diganjar untuk pekerjaan yang sempurna, yang seharusnya berada dalam jangkauan mereka.
Slavin mengembangkan dan mengevaluasi suatu metode penganjaran siswa untuk peningkatan prestasi yang disebut Harapan Belajar Individual atau Individual Learning Expectations (ILE). Ide balik ILE adalah menghargai siswa yang bekerja lebih baik daripada yang mereka dapat menunjukkan prestasi sempurna sepanjang waktu. Dengan cara ini, seluruh siswa memiliki kesempatan untuk mendapatkan penghargaan untuk kerja akademik hanya dengan melakukan yang terbaik. Penelitian menemukan bahwa penggunaan ILE meningkatkan secara signifikan hasil belajar siswa dibandingkan dengan kelas-kelas yang menggunakan sistem penilaian tradisional.  



BAB.3
KESIMPULAN

Motivasi adalah suatu proses internal yang dapat mengaktifkan, memandu, dan mempertahankan perilaku dari waktu ke waktu. Ada beberapa jenis intensitas, sasaran dan arah yang berbeda dari motivasi. Motivasi untuk belajar adalah sangat penting bagi siswa dan guru.
Guru akan mendukung motivasi. Motivasi tidak hanya penting untuk menjadikan siwa terlibat dalam kegiatan akademik. Motivasi juga penting dalam menentukan seberapa jauh menyerap informasi yang disajikan kepada mereka. Siswa yang termotivasi untuk belajar sesuatu akan menggunakan proses kognitif yang lebih tinggi dalam mempelajari materi itu, sehingga siswa itu akan menyerap dan mengendapkan materi itu dengan lebih baik (Garner, Alexander, Gilingham, Kulikowich, dan Brown,1991;Graham dan Golan,1991). Tugas penting bagi guru adalah merencanakan bagaimana






DAFTAR PUSTAKA


Nur, Mohamad.1998. Pemotivasian Siswa Untuk Belajar. Surabaya:Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan.
Sardiman.2007. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta:PT Raja Grafindo Persada.
Djamarah, Bahri, Sayiful.2002. Psikologi Belajar. Jakarta:Rineka Cipta.







Tidak ada komentar:

Posting Komentar